Memang yang namanya kurikulum di harapkan dapat menjadi salah satu cara untuk bisa meningkatkan potensi yang ada pada siswa sekolah. Sehingga berdasarkan kondisi itulah pemerintah secara kontinyu terus mengodok atau menganalisa konsep dan implementasi kurikulum yang di berikan kepada siswa sekolah dari tingkat dasar hingga tinggi dari mulai PAUD, TK, SD, SMP hingga SMA. Sehingga karena kondisi itulah terkadang pemerintah melakukan perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi Pendidikan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
Kurikulum Merdeka dan Konsep Pendidikan di Indonesia Pasca Kurikulum Merdeka
Mungkin bagi kita orang tua yang saat ini memiliki anak, masih belum paham apa itu kurikulum merdeka, karena yang kita tahu adalah versi Pendidikan saat ini beda dengan Pendidikan zaman kita dahulu sekolah. Jika masa dahulu buku pelajaran kakak bisa di turunkan ke adiknya tetapi saat ini jelas hal itu tidak bisa di lakukan karena bisa jadi tiap tahu terjadi penyesuaian kurikulum yang di lakukan oleh pemerintah,
Terkait dengan yang namanya kurikulum merdeka, secara umum bisa di jelaskan bahwa kurikulum ini adalah kurikulum yang mengedepankan model pembelajaran dalam perspektif bahasan materi intrakurikuler yang beragam. Dimana dalam konteks tersebut maka konten yang di ajarkan adalah lebih optimal di berikan dengan satu tujuan agar peserta didik memiliki cukup waktu siswa bisa lebih mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Disamping itu dengan adanya kurikulum merdeka, kesempatan dari seorang guru dalam prosesnya untuk melakukan pembelajaran memiliki waktu dan keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar yang bisa di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada saat itu. Sehingga dengan kondisi ini jelas hasilnya akan berbeda antara satu daerah denagn daerah lainnya. Perbedaan lain dari adanya kurikulum merdeka adalah bahwa kurikulum ini konten yang akan bisa memperkuat penguasaan materi yang berhubungan dengan materi dari profil yang di sebut pelajar Pancasila.
Berdasarkan kondisi itulah yang pada akhirnya kita sebagai orang tua merasa bahwa materi pembelajaran yang saat ini di berikan kepada putra putrinya perlu adanya satu pemahaman yang sama antara orang tua dan siswa. Karena jika persepsi keduanya masih berbeda bisa kita katakan hasil dari proses belajar yang di jalani oleh buah hati kita tidak akan bisa maksimal. Itulah kenapa pada akhirnya kita sebagai orang tua harus lebih banyak bertanya tidak saja kepada sekolah tetapi juga kepada guru atau wali kelas siswa.
Ada minimal dua hal yang akan terjadi ketika persepsi orang tua dan anak berbeda dalam melihat persepsi kurikulum merdeka. Jika hal ini terus di biarkan maka yang akan terjadi adalah seperti berikut ini :
1, Orang tua akan semakin jauh pemahamannya terhadap pemahaman mengenai kurikulum atau metode belajar yang di lakukan oleh buah hatinya. Sehingga akan muncul dugaan bahwa buah hatinya selalu meminta sesuatu yang terkadang kurang bisa di terima positif oleh orang tuanya. Itu di dasarkan pada satu kondisi bahwa orang tua kurang tahu apa kebutuhan dari sang buah hatinya dalam melakukan proses belajar di sekolah.
2, Seorang anak akan semakin sulit bertanya kepada orang tuanya, karena dirinya merasa pelajaran yang diberikan guru kepada dirinya lebih sulit dari apa yang dahulu pernah di berikan guru kepada orang tuanya. Itulah sebabnya kadang siswa kesulitan untuk belajar dirumah karena tidak bisa berkomunikasi dalam hal pelajaran dengan kedua orang tuanya. Itulah salah satu kesulitan anak pada saat harus belajar di rumah.
3 Katagori Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Proses Belajar Siswa
Berdasarkan kondisi yang ada saat ini, maka pemerintah telah membagi 3 katagori implementasi model kurikulum merdeka yang menjadi acuan siswa dalam belajar di sekolah. Dimana ketiga katagori tersebut jelas memberikan perbedaan antara satu dengan lainnya. Sehingga di awal jelas guru pengajar harus paham dahulu apa yang akan di berikan kepada siswa setelah dirinya memahami apa saja 3 katagori implementasi kurikulum merdeka tersebut :
1. Katagori Pertama adalah : Kategori Mandiri Belajar
Dari penjelasan yang bisa di berikan dari implementasi kurikulum merdeka yang pertama adalah bahwa kurikulum ini harus menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka. Tetapi pada bagian lain harus tetap mengedepankan atau menggunakan Kurikulum lama yang masuk dalam kurikulum 2013 atau Kurikulum 2013 yang disederhanakan/ Kurikulum Darurat. Sehingga bisa di katakan katagori pertama ini adalah katagori kombinasi dari yang baru dengan yang lama.
2. Katagori Kedua : Kategori Mandiri Berubah
Berbeda dengan implementasi yang pertama, justru pada implementasi kurikulum merdeka yang kedua ini akan menerapkan satuan pendidikan yang di dasarkan pada periode tahun ajaran 2022/2023 dengan tentunya menggunakan kurikulum merdeka yang menjadi sentral pointnya. Metode pengajarannya akan menggunakan perangkat ajar yang disediakan dalam PMM sesuai dengan jenjang satuan Pendidikan yang berdasarkan dari tingkatan Pendidikan dasar hingga tinggi seperti : PAUD, kelas I, kelas IV, kelas VII, atau kelas X.
3. Katagori Ketiga : Kategori Mandiri Berbagi
Yang terakhir dari katagori kurikulum merdeka adalah mencoba untuk mengimplementasikan model satuan Pendidikan dengan tetap mengedepankan Kurikulum Merdeka. Tetapi bedanya adalah dalam kurikulum tersebut seorang pengajar di berikan kebebasan untuk melakukan pengembangan dengan menggunakan berbagai perangkat ajar pada satuan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD, kelas I, kelas IV, kelas VII, atau kelas X mulai tahun ajaran 2022/2023.
Itulah tiga model kurikulum merdeka yang akan menjadi acuan dunia Pendidikan dalam melakukan pembelajaran dari tingkat Pendidikan : PAUD, TK, SD, SMP, SMA. Sehingga dengan kondisi inilah maka pada akhirnya kita sebagai orang tua juga harus bisa paham kesulitan yang akan di hadapi oleh para siswa atau putra putri kita di rumah. Karena jika mereka saja susah karena sering mengalami perubahan atau pengubahan kurikulum bagaimana mereka akan bisa belajar dengan maksimal.
Salah satu cara yang bisa di lakukan adalah dengan berkomunikasi secara efektif tidak saja kepada guru atau manajemen sekolah tetapi juga berusaha untuk memahami apa yang menjadi kesulitan buah hati kita di rumah. Karena hanya dengan cara seperti itulah kita akan bisa memahami dan mengerti apa yang menjadi kebutuhan dari buah hati kita dalam upayanya memahami apa yang mesti menjadi kebutuhannya dalam proses belajar di sekolahnya.