Mendidik anak, khususnya anak yang masih balita bukanlah hal yang mudah. Meskipun sudah ada niatan untuk tidak berteriak dan lebih sabar namun perilaku si kecil seringkali membuat sang ibu kehilangan kesabarannya. Padahal berteriak terhadap anak termasuk larangan dalam mendidik anak. Namun beberapa perilaku seperti membuang makanan, menangis, tidak mau makan atau lainnya memang sangat membuat gregetan.
Kenyataanya sangat wajar bagi balita melakukan demikian. Rentang usia 1-5 tahun si kecil masih dalam tahap menyerap apa yang dia terima tanpa bisa menyelesaikan hal itu dengan baik. Dan ketika kita mendidik anak, maka apapun yang kita lakukan juga akan ditirukan anak. Cara mendidik anak yang salah akan berdampak pada psikologisnya, khususnya ketika mereka besar nantinya.
Hal ini juga berlaku pada anak usia sekolah. Setiap anak memiliki karakter tersendiri dan perkembangan mental serta perilaku yang harus kita mengerti. Di usia awal sekolah misalnya, biasanya anak cenderung memiliki banyak keingintahuan yang menuntut mereka untuk selalu mencari tahu, disini kadang orangtua kurang sabar dalam menanggapi apa yang diinginkan anak. Bahkan tak jarang orangtua yang kesal hingga akhirnya melukai perasaan si kecil.
Pada intinya setiap usia memiliki permasalahan sendiri yang mana orangtua harus tanggap dengan hal itu. Tak cukup dengan mengerti setiap tahap perkembangannya namun juga sebisa mungkin menghindari larangan dalam mendidik anak yang akan kita ulas dibawah ini.
Larangan Dalam Mendidik Anak yang Harus Dihindari Orangtua
Mendidik anak bukan soalan membesarkan mereka secara fisik saja namun juga psikologis. Dan dalam masa-masa itu, setidaknya ada sekitar 8 larangan dalam mendidik anak. Berikut diantaranya:
-
Menyalahkan anak ketika mereka gagal
Larangan dalam mendidik anak pertama yakni menyalahkan mereka, khususnya ketika gagal. Beberapa orangtua tidak suka jika anaknya gagal. Ya beberapa orangtua menempatkan harapan yang sangat tinggi kepada sang anak hingga ketika sang anak mengalami kegagalan maka orangtua akan mulai menyalahkannya.
Terlalu memanjakan anak juga tidak baik. Seorang anak yang dibesarkan dengan sanjungan dan pujian terus menerus, dan selalu dibenarkan meskipun dirinya salah memiliki potensi yang besar untuk salah arah. Dalam mindsetnya dirinya adalah seorang yang sempurna, tak pernah melakukan kesalahan. Lantas ketika dia mengalami kegagalan, tak jarang yang sulit menerimanya. Apalagi jika sang orang tua justru menyalahkan sang anak ketika dia gagal.
Anak yang tumbuh dengan hal seperti di atas berpotensi menjadi anak yang penuh keraguan. Kondisi keraguan inilah yang menjadikan proses belajar kian melambat. -
Menggunakan kekerasan
Beberapa orangtua menyamakan antara kedisiplinan dan juga kekerasan. Mereka seringkali menggunakan hukuman yang keras dengan dalih bahwa itu mengajarkan anak lebih disiplin. Kekerasan sendiri tidak identik dengan fisik, kekerasan juga bisa berupa verbal seperti cibiran atau membentak.
Orangtua yang menggunakan cara ini kepada anaknya secara tidak langsung dia membuat petaka bagi masa depan sang anak. Bentakan dan cibiran pada anak akan membuat mereka jadi pribadi yang takut bereksplorasi, dan merasa tertekan ketika melakukan sesuatu. Kondisi inilah yang pelan-pelan membunuh prestasi anak.
Seorang sosiolog yang bernama Murray Straus dari University New Hampire melakukan riset terhadap sekitar 991 orangtua. Dalam risetnya menunjukkan jika anak-anak yang terlalu dipaksa di usianya yang masih kecil akan memiliki mental yang keras juga. Tindakan seperti memaki anak, bentakan, ajakan yang keras akan berpengaruh negatif kepada anak. Tindakan ini akan langsung ditiru oleh anak, dan jauh akan terlihat ketika mereka telah dewasa.
Misalnya saja, anak yang dididik dengan bentakan, maka dalam mindsetnya akan tertanam bahwa bentakan itu adalah hal yang wajar. Jadi di alam bawah sadarnya akan tertulis jika mengatasi masalah dengan cara tersebut malah dianjurkan. Sekarang ada banyak berita terkait kekerasan anak, dan mungkin saja ini dilatarbelakangi dari cara mendidik orangtua mereka. -
Membanding-bandingkan dengan orang lain
Selain itu, membanding-bandingkan seseorang dengan orang lain juga tidak direkomendasikan dalam ilmu psikologi. Hal ini disinyalir mampu memberikan efek negatif terhadap psikologis anak nantinya.
Membanding-bandingkan anak dengan orang lain juga membuat seakan sang orangtua tidak bisa melihat potensi anaknya sendiri. Dan hal ini seringkali membuat sang anak minder.
Misalnya saja seorang ibu yang selalu membanggakan kakaknya dihadapan adiknya dengan dalih agar si adik bisa termotivasi dengan kakaknya. Sayangnya perkataan yang tidak tepat justru akan membuat sang adik merasa diremehkan.
Intinya, orang tua seharusnya memahami bahwa setiap anak itu unik dan tidak bisa disamakan. Kakak adik sekalipun pasti juga memiliki perbedaan. Dan perbedaan inilah yang mesti dipahami dan diperhatikan oleh orangtua agar dirinya tidak melakukan kesalahan yang fatal. -
Menyerahkan pada pembantu
Di jaman sekarang ini semua sibuk. Saking sibuknya banyak orangtua yang lepas tangan dan menyerahkan anak mereka untuk diasuh pembantu, baby sitter atau dititipkan di tempat pengasuhan anak. Orangtua lebih mengutamakan pekerjaan dengan dalih apa yang mereka dapatkan ini juga untuk anaknya. Banyak juga yang berpikiran jika tanggung jawab dalam mendidik anak bisa selesai jika diberikan kepada orang lain seperti pembantu atau tempat penitipan anak.
Padahal perlu diketahui, kehangatan orang tua dan kehangatan kasih sayang dari orang lain itu berbeda. Hal ini juga berpengaruh terhadap prestasi anak kedepannya. -
Kurang apresiatif
Biasanya anak sering menunjukkan hasil karyanya kepada orangtua, sayangnya banyak juga orang tua yang kurang tanggap dengan tidak memberikan mereka apresiasi. Jika ini berlarut-larut maka motivasi semangat anak untuk mengerjakan sesuatu pun juga akan turun, dan kehilangan semangat untuk berprestasi. Bagi mereka berprestasi atau tidak itu sama saja.
Karena itu, orangtua harus tanggap dan berikan apresiasi kepada anak atas apa yang mereka kerjakan. Berikan apresiasi secukupnya dan jangan berlebihan pula. Segala bentuk apresiasi akan membuat anak merasa dihormati, disayangi dan dihargai. Jadi bijaklah. -
Bertengkar didepan anak
Larangan dalam mendidik anak selanjutnya yakni hindari bertengkar didepan anak. Dalam keluarga, pertengkaran adalah hal yang wajar. Namun menjadi tidak wajar jika ini sering dilakukan apalagi ketika didepan anak.
Orangtua yang sering bertengkar akan menunjukkan bahwa dirinya adalah pribadi yang kurang dewasa. Sikap marah seperti berkata kasar atau bahkan memukul juga akan terekam dalam memori mereka. Anak yang sering melihat orangtuanya bertengkar cenderung memiliki sifat yang keras hingga berujung pada kenakalan remaja akibat kurangnya kasih sayang. -
Terlalu banyak larangan kepada anak
Larangan dalam mendidik anak satu ini harus dilakukan dengan bijak. Orangtua seringkali melakukan ini untuk membuat sang anak menjadi pribadi yang disiplin atau untuk melindungi mereka. Namun terlalu banyak larangan tentu membatasi ruang geraknya untuk mengeksplor rasa keingintahuannya. Jadi secara tidak langsung apa yang dilakukan oleh orangtua ini akan membunuh kreativitas sang anak perlahan.
Melarang anak itu boleh, namun terlalu protektif atau terlalu longgar terhadap anak juga berdampak pada psikologis mereka. -
Selalu mengabulkan keinginan anak
Tanpa sadar kita terlalu sering mengabulkan apa yang diminta oleh anak. Padahal hal ini tidaklah baik. Orangtua sering berdalih bahwa ini adalah cara untuk mengungkapkan rasa sayang mereka kepada anaknya. Namun alih-alih ini luapan kasih sayang, malah yang terjadi anak akan menjadi manja. Anak akan memiliki sifat hedonis. Bahkan mungkin ada satu waktu jika tiba-tiba orangtua tidak bisa mengabulkan permintaan anak, si anak akan memberontak. Dan sikap memberontak anak ini bisa berlanjut dan lebih parah ketika mereka dewasa. Bahkan mungkin ada yang sampai mencuri agar bisa membeli apa yang mereka inginkan.
Nah, diatas adalah beberapa larangan dalam mendidik anak yang perlu kita ketahui. Menjadi orangtua itu adalah sebuah tanggung jawab dan sebuah tantangan. Disini kita diajarkan untuk menjadi seorang yang bijak dalam melakukan sesuatu. Dan pada intinya, anak adalah cerminan dari orangtua. Jadi entah apapun sikap kamu, itu adalah cerminan dari sikap orangtuanya. Jadi, bijaklah.